CHARACTERISTIC OF WONG CILIK ON WAYANG KULIT WANDA OF PANAKAWAN FIGURES

Ahmad Pramudiyanto(1), Supana Supana(2), Muhammad Rohmadi(3),
(1) Sebelas Maret University  Indonesia
(2) Sebelas Maret University  Indonesia
(3) Sebelas Maret University  Indonesia

Corresponding Author
Copyright (c) 2018 Humanus

DOI : https://doi.org/10.24036/humanus.v17i2.100683

Full Text:    Language : en

Abstract


This study aims to interpret the meaning of wayang kulit wanda of Panakawan figures. The wanda analyzed is wanda of wayang kulit based Surakarta model. The method of study was descriptive qualitative. The research object was the signs on wayang kulit wanda of Panakawan figures. This signs was examined its meaning by the employment of semiotic theories. Technique of data collection used interview and documentation. Data validity was triangulation of data source. Data from one source compared with other sources to test the validity of a data. The result of this research found that the meaning behind wayang kulit wanda of Panakawan figures. Those meaning are the reflection of wong cilik characteristic. Semar shows that wong cilik has religious character. Gareng describes that wong cilik has an honest and careful character. Petruk shows the character of wong cilik is hardworking. The last, Bagong describes the characteristics of innocent people who say what they are.

Keywords: wanda, Panakawan, shadow puppet, wong cilik, semiotics

KARAKTERISTIK WONG CILIK PADA WANDA WAYANG KULIT TOKOH PANAKAWAN 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menginterpretasikan makna pada wanda wayang kulit tokoh Panakawan. Wanda yang dikaji pada penelitian ini adalah wanda wayang kulit model Surakarta. Metode penelitian ini adalah deskripti kualitatif. Objek penelitian ini adalah tanda pada wanda wayang kulit tokoh Panakawan. Tanda pada wanda tersebut dikaji maknanya menggunakan teori semiotik. Teknik pengumpulan data adalah teknik wawancara dan dokumentasi. Validasi data yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Data dari sumber satu dibandingkan dengan sumber yang lain untuk menguji validitas sebuah data. Hasil dari penelitian ini adalah makna dibalik wanda wayang kulit tokoh Panakawan. Makna dari wanda tersebut merupakan cerminan dari karakteristik wong cilik. Semar menunjukkan bahwa wong cilik memiliki karakter religius. Gareng menggambarkan bahwa wong cilik memiliki karakter jujur dan berhati-hati. Petruk menunjukkan karakter wong cilik yang pekerja keras. Terakhir, yaitu Bagong menggambarkan karakteristik wong cilik yang lugu berkata apa adanya.

Kata kunci: wanda, Panakawan, wayang kulit, wong cilik, semiotik

Keywords


wanda, panakawan, shadow puppet, wong cilik, semiotic

References


Aghaei, M.B. (2015). Influence of Peirce’s semiotics on the signification of literary discourse. Linguistics and Literature Studies, 3(1), 24-30.

Alfayanti, L., Suwandi, S., & Winarni, R. (2017). Symbolic meanings of among tebal ritual in novel genduk by Sundari Mardjuki. Humanus Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora. 16(2), 130-144.

Asfina, R. & Ovilia, R. (2016). Bangga dengan kekayaan warisan budaya Indonesia dan waspada dengan usaha pelestariannya di dunia global. Humanus Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora. 15(2), 195-206.

Budiman, K. (2011). Semiotika visual konsep, isu, dan problem ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Cahya. (2016). Nilai, makna, dan simbol dalam pertunjukan wayang golek sebagai representasi media pendidikan budi pekerti. Jurnal Seni & Budaya Panggung, 26(2), 117-127.

Faisal, M. (2014). Tokoh wayang populer. Klaten: PT HAFAMIRA.

Hasanuddin, W.S. (2016). Warisan budaya takbenda ungkapan tradisional Minangkabau: Kearifan lokal masyarakat tentang tunjuk ajar dan nasihat-nasihat mulia. Humanus Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora. 15(2), 131-141.

Hidayati, A., Zaim, M., Rukun, K., & Darmansyah. (2014). The development of character education curriculum for elementary student in west Sumatera. International Journal of Education and Research. 2(6), 189-198.

Hill & Wang. (2012). Elemen-elemen semiologi, sistem tanda bahasa, hermeneutika, strukturalisme. Jogjakarta: IRCiSoD.

Kapalaye, A. (2010). Kamus pintar wayang (dari versi India hingga pewayangan Jawa). Jogjakarta: Laksana.

Kresna, A. (2012). Punakawan simbol kerendahan hati orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Kustopo. (2008). Mengenal kesenian nasional 1 wayang. Semarang: PT Bengawan Ilmu.

Pateda, M. (2010). Semantik leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Piliang, Y.A. (2012). Semiotika dan hipersemiotika gaya, kode, dan matinya makna. Bandung: MATAHARI.

Remer, R. & Tzuriel, D. (2015). “I teach better with the puppet” – Use of puppet as a mediating tool in kindergarten education – an evaluation. American Journal of Educational Research, 3(3), 356-365.

Saddhono, K. (2017). Membangun kearifan lokal melalui karya sastra dan budaya daerah [Jawa]. hlm 8-17. Paper presented at the meeting of Seminar Nasional Bahasa Dan Budaya. Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Sulaksono, D. (2014). Filsafat Jawa. Surakarta: Cakrawala Media

Sunarto. (2012). Panakawan wayang kulit purwa: Asal-usul dan konsep perwujudannya. Jurnal Seni & Budaya Panggung, 22(3), 225 – 350.

Suseno, F.M. (2003). Etika Jawa sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sutarno, dkk. (1979). Wanda wayang purwa gaya Surakarta. Surakarta: ASKI Surakarta.

Suwarno, B., Haryono, T., Soedarsono, R.M., & Soetarno. (2014). Kajian bentuk dan fungsi wanda wayang kulit purwa gaya Surakarta, kaitannya dengan pertunjukkan. Gelar Jurnal Seni dan Budaya, 12(1) 1-10.

Suwarno, B. (2015). Wanda wayang purwa tokoh Pandawa gaya Surakarta kajian, bentuk, fungsi, dan pertunjukan. Disertasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Taufiq, W. (2016). Semiotika untuk kajian sastra dan Al-Qur’an. Bandung: Yrama Widya.

Wahid, A.N. & Saddhono, K. (2017). Ajaran moral dalam lirik lagu dolanan anak. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 32(2), 172-177.

Yakin, H.S.M. & Totu, A. (2014). The semiotic perspectives of Peirce and Saussure: A brief comparative study. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 155, 4-8.

Yana, M.H. (2012). Falsafah dan pandangan hidup orang Jawa. Yogyakarta: Bintang Cemerlang.

Zoetmulder, P.J. & Robson, S.O. (2000). Kamus Jawa kuna-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Article Metrics

 Abstract Views : 715 times
 PDF Downloaded : 232 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2018 Humanus

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.