VERBAL VIOLENCE PERFORMED BY SUPPORTERS’ GROUP OF GUBERNATORIAL CANDIDATES IN THE POLITICAL DISCOURSE OF JAKARTA ELECTION

Tria Putri Mustika(1), Agustina Agustina(2), Syahrul Ramadhan(3),
(1) Magister (S-2) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP  Indonesia
(2) FBS UNP 
(3)  

Corresponding Author
Copyright (c) 2019 Humanus

DOI : https://doi.org/10.24036/humanus.v18i1.9081

Full Text:    Language : en

Abstract


This study aimed to describe the verbal violence performed by supporters’ group of gubernatorial candidates in the discourse of Jakarta election 2017 in their community accounts on social media and its implications for language politeness. This research was a qualitative research with descriptive method. Analyzing data was done by content analysis method as a means to reveal, understand, and capture messages in data, and make conclusions obtained through identification and interpretation of data. The results of this study reveal that the delivery of comments by the supporters’ group in the discourse of Jakarta Gubernatorial Election 2017 was dominated by the use of sarcasm (figure of speech), combined with expressive speech acts, and bald on record strategy without further ado. The total violation of the use of politeness principle shows that verbal violence dominates the expression of comments and ‘high-potential’ comments that threaten the recipients’ face. Therefore, based on this research data, the politeness level of these selected groups is in the category of ‘impolite’.

Keywords: verbal violence, politeness, speech acts, political discourse


KEKERASAN VERBAL OLEH KOMUNITAS PENDUKUNG PASLON DALAM WACANA POLITIK PILKADA DKI JAKARTA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekerasan verbal oleh pendukung paslon tentang wacana Pilkada DKI Jakarta 2017 dalam akun komunitasnya di media sosial dan implikasinya terhadap kesantunan berbahasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penganalisisan data dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis) untuk mengungkap, memahami, dan menangkap pesan dalam data, serta  membuat simpulan yang diperoleh melalui identifikasi dan penafsiran data. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwapenyampaian komentar oleh pendukung paslon tentag wacana Pilkada DKI didominasi dengan penggunaan majas sarkasme, jenis tindak tutur ekspresif, dan strategi terus-terang tanpa basa-basi. Pelanggaran total terhadap penggunaan prinsip kesantunan menunjukkan bahwa kekerasan verbal mendominasi penyampaikan komentar dan pendapat  ‘berpotensi tinggi’ mengancam muka lawan tutur, sehingta berdasarkan data penelitian ini kesantunan berbahasa para komunitas pendukung paslon berada pada kategori ‘tidak santun’.

Kata kunci: kekerasan verbal, kesantunan, tindak tutur, wacana politik

Keywords


kekerasan verbal, kesantunan, tindak tutur, wacana politik

References


Adek, M. (2019, January 10). Analisis perbandingan wacana kampanye hitam dan putih tentang Jokowi pada pilpres 2014 dan pergerakan wacananya. https://doi.org/10.31227/osf.io/gwhju

Agustina. (2017). Kekerasan verbal dalam Pilkada DKI: mengungkap tingkat kesantunan masyarakat berwacana politik. Prosiding Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Masyarakat Multikultural. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Padang.

Anderson, J.A., Diabah, G., & Mensa, P.A. (2011). Powerful woman in powerless language: media mispresentation of African women in politics (the case of Liberia). ELSEVIER: Journal of Pragmatics. 43(10), 2509-2518.

Aryani, H. S. (2015). Panduan baku majas. EYD, peribahasa, kata baku dan kata tidak baku. Yogyakarta: Buku Pintar.

Astuti, S. I. (2013). Patologi kekerasan dalam berita telivisi: antara kontroversi dan regulasi. MIMBAR, 29(1), 41-48.

Barnes, J., & Larrivee, P. (2011). Alette Laguiller: does the mainstay of the French political far-left enjoy linguistic parity with her male counterparts. ELSEVIER: Journal of Pragmatics. 43(10), 2501-2508.

Bermudez, N. (2014). Las emociones en el discurso político. “Pathograma” del kirchnerismo. Journal of Pragmatics. 35(1), 11-43.

Brown, P & Levinson, S. (1987). Politenes: Some universal in language usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Blum-Kulka, S. (1987). Indirectness and politeness in requests: Same or different? Journal of pragmatics, 11(2), 131-146.

Cap, P. (2017). Studying ideological worldviews in political descourse space: critical-cognitive advances in the analysis of conflict and coercion. ELSEVIER: Journal of Pragmatics. 118(1), 17-27.

Chaer, A. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dus, N.L., Blitvich, P.G.C., & Franch, P.B. (2011). Online polylogues an impoitness: the case of postings sent in responses to the Obama reggaeton youtube video. ELSEVIER: Journal of Pragmatics. 43(10), 2578-2593.

Endaswara. (2011). Metodologi penelitian sastra: Epistimologi, model, teori, dan aplikasi. Yogyakarta: LKIS.

Erdinaya & Ardianto. (2001). Mass communication: An Introduction. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Gunarwan, A. (1994). Kesantunan negatif di kalangan dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: kajian sosiopragmatik. Jakarta: Unika Atmajaya.

Haryatmoko. (2007). Etika Komunikasi: Manipulasi media, kekerasan, dan pornografi. Jogja: Kanisius.

Keraf, G. (2006). Diksi dan gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Levinson, S. C. (1983). Pragmatic. Cambridge: Cambridge University Press.

Leech, G. (1986). Prinsip-prinsip pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nababan, P. W. J. (1987). Ilmu pragmatik: Teori dan praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Peterson, M.A. (2015). Speaking ofnews: Press, democracy, and metapragmatics in a changing India. American ethnologis: Jounal of Amerivan ethnological and society. 42(4), 673-678.

Pranowo. (2009). Berbahasa Secara santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahardi, R. K. (2000). Kesantunan imperatif dalam bahasa Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana.

Rahyono R. X. (2005). The wisdom of language: a pragmatic study on the profile of the post-new order era mass media language. Jurnal Makara, Sosial, Humaniora. 9(2), 46-56.

Syahrul, R. (2008). Pragmatik kesantunan berbahasa menyibak fenomena bahasa Indonesia guru dan siswa. Padang: UNP Press.

Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2013). Pengajaran gaya bahasa. Bandung: Angkasa.

Worthama, S., & Locherb, M. (1999). Embedded metapragmatics and lying politicians. ELSEVIER: Journal of Pragmatics. 19(2), 109-125.

Yasmeen, R., Jabeen, & M., Akram, A. (2014). Politeness and language of Pakistani politicians. SAVAP Internasional. 3(5), 245-253.

Yule, G. (2006). Pragmatik (Terj. Indah Fajar Wahyuni). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusri. (2015). Pelanggaran kesopanan berbahasa dalam komunikasi politik pada pemilihan gubernur Sulawesi Selatan 2013. PAROLE: Jurnal of Linguistic and Education, 5(1), 26-39.


Article Metrics

 Abstract Views : 585 times
 PDF Downloaded : 244 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2019 Humanus

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.