KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: SEBUAH POTRET BURAM KEMANUSIAAN
(1)  
Corresponding Author
Copyright (c) 2016 Humanus
DOI : https://doi.org/10.24036/jh.v12i2.4034
Full Text: Language : en
Abstract
The changing dynamic of human lives makes most of them ignorant to the values of
right and wrong. Truth, freedom, and justice have become scarce and beyond real.
Cruelty has caused fear, restlessness, and misery. In order to be free from excruciating
pressure, Kalatidha describes a picture of how someone has lived in his dream happily.
The dreams and goals he is been longing for are only enjoyed in that surreal world, the
world freed from norms, ideas, and public opinion. “Running away” is the word used to
describe how people lock themselves away from the real world.
For him, the real world he understands is the world that can give him joy,
happiness, and cheerfulness. Things that are immoral in the eyes of the public are no
shame to him. One thing he is sure of, that life is a journey, and how he live it. Emptiness
is no longer misery, but a process that has to be passed through the journey. Kalatidha
has become a picture of how inner unrest becomes a focus of deceitful real life pantings.
Deceit and dishonesty are stupid, and craziness is an act of hopelessness.
Key words : Dream, Journey, Deceit
Abstrak
Dinamika gambaran kehidupan manusia yang terus-menerus berubah
menyebabkan sebagian manusia tidak mengindahkan lagi, mana yang harus dilakukan
mana yang dilarang. Kebenaran, kebebasan, keadilan menjadi barang langka yang
hanya menjadi impian belaka. Kekejaman telah memunculkan ketakutan, kegelisahan,
kesengsaraan. Agar terbebas dari tekanan yang menyiksa, Kalatidha menyajikan sebuah
potret bagaimana seseorang telah hidup di alam khayalnya dengan bahagia. Impian dan
cita-cita yang selama ini didambakan, hanya dapat dinikmati di alam “sana”. Alam
yang terbebas dari norma, ide, pendapat masyarakat. “Lari” itulah kata yang tepat
untuk menggambarkan bagaimana seseorang telah memenjarakan dirinya dari
kehidupan nyata.
Kehidupan nyata yang ia pahami hanyalah dunia yang dapat memberinya
kesenangan, kegembiraan dan keceriaan. Hal-hal aneh yang dianggap menyimpang oleh
masyarakat pada umumnya bukan merupakan celaan baginya. Satu hal yang ia yakini
bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan, dan bagaimana ia menjalankannya.
Kekosongan dan kehampaan bukan lagi siksaan, tapi sebuah proses yang harus dilewati
dalam menempuh perjalanan. Kalatidha telah menjadi sebuah potret bagaimana
pergolakan batin menjadi fokus sebuah lukisan kenyataan semu. Kepalsuan dan kepurapuraan
adalah
hal
bodoh,
dan
kegilaan
adalah
tindakan
dari
suatu
keputusasaan.
Key words : Impian, Perjalanan, Semu
Article Metrics
Abstract Views : 420 timesPDF Downloaded : 206 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Humanus