THE ILLOCUTION SPEECH ACT OF LUDRUK JOKO SAMBANG PENDEKAR GUNUNG GANGSIR SHOW
(1) FKIP Pascasarjana Universitas Sebelas Maret  Indonesia
(2) FKIP Pascasarjana Universitas Sebelas Maret  Indonesia
(3) FKIP Pascasarjana Universitas Sebelas Maret  Indonesia
Corresponding Author
Copyright (c) 2017 Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa
DOI : https://doi.org/10.24036/ld.v11i1.7946
Full Text: Language : en
Abstract
This research analysed the utterance used in Ludruk, a traditional art originated from East Java. The utterance were used in accordance with the story performed by the artists. This article describes the category of illocution, function, and the purpose of the illocution in the Ludruk Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir showed in Kediri on 2017 by a group of East Java Ludruk artists. The research is descriptive qualitative identifying the illocution speech acts in the Ludruk. Research data are the containing speech act in the Ludruk artists’ dialogue. Data analysis technique is conducted systematically as follows: (1) Transcribing the utterance and translating the Java language into Indonesia language, (2) Categorizing the data, included the illocution utterance, (3) Analyzing data, how the context, function and its purpose. It is found four utterances categories, namely: (1) Assertive category of complaining, suggesting, fulminating, stating, and revealing mode; (2) Expressive category of giving advice, and requesting; (3) Commissive mode category of offering and promising; (4) Expressive mode category of thanking and fulminating. The declarative category is not found in the Ludruk show utterance. Based on the classification of realization is also found that each utterance has a function to persuade the hearer to do something based on context.
Keywords/phrases: pragmatics, illocution speech act, ludruk
TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PEMENTASAN LUDRUK JOKO SAMBANG PENDEKAR GUNUNG GANGSIR
Abstrak
Penelitian ini menganalisa ujaran yang digunakan dalam Ludruk, kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Tuturan digunakan sesuai dengan konteks cerita yang dimainkan oleh para pemeran. Artikel ini mendeskripsikan kategori tuturan ilokusi, fungsi, dan maksud dari ilokusi pada pementasan Ludruk lakon Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir yang dipentaskan di Kediri tahun 2017 oleh kumpulan seniman ludruk Jawa Timur.Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kulitatif dengan objek penelitian tindak tutur ilokusi yang dituturkan oleh pemain ludruk. Data penelitian berupa ujaran yang terdapat pada dialog pemain ludruk yang mengandung tindak tutur ilokusi. Teknik analisis data dilakukan secara terstruktur, yaitu dengan langkah sebagai berikut: (1) mentraskripsi data dan menerjemahkan ujaran dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia, (2) mengelompokan data yang telah diperoleh, termasuk pada kategori tuturan ilokusi, (3) menganalisis tiap kategori data yang telah terkumpul, bagaimana konteks, maksud dan fungsinya. Ditemukan empat kategori tuturan, yakni: (1) Kategori asertif dengan modus mengeluh, mengusulkan, mengecam, menyatakan, mengungkapkan; (2) Kategori ekspresif dengan modus menasihati, dan memerintah; (3) Kategori komisif modus yang muncul menawarkan, menjanjikan; (4) Kategori ekspresif modus yang muncul terima kasih dan mengecam. Kategori deklaratif tidak ditemukan pada tuturan pementasan ludruk tersebut. Berdasarkan klasifikasi mengenai relisasijuga ditemukan bahwa setiap tuturan tersebut memiliki fungsi untuk mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuatu yang sesuai dengan konteksnya.
Kata Kunci/frase: pragmatik, tindak tutur ilokusi, ludruk
Keywords
References
Annonim.(1997). Perkembangan ludruk di Jawa Timur kajian analisis wacana. Jakarta: Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat.
Ardi, H., Nababan, M.R., Djatmika., Santosa, R. (2016). Politeness strategy in Indonesian translation: Has it already changed? Proceeding of International Seminar Prasasti III: Current research in linguistics. Surakarta: Prodi S3 Linguistik UNS.
Azali, K. (2012). Ludruk: masihkah ritus moderenisasi. Lakon , 1 (1), 48-60.
Chulsum dan Novia, W. (2006). Kamus besar bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.
Danandjaya, J. (1997). Foklor Jepang dilihat dari kacamata Jakarta. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Dylgjeri, A. (2017). Analysis of speech act in political speeches. European Journal of Social Sciences Studies, 2 (2), 19-26.
Juita, N. (2016) Character’sspeech act in Kaba: wisdom and language politness reflection of Minangkabau ethnic. Humanus: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora, XV(1), 92-104.
Jumanto, I. (2012). Pragmatik dunia linguistik tak selebar daun kelor. Semarang: WorldPro Publishing.
Leech, G. (1993). Prinsip-prinsip pragmatik. Terj. M.D.D. Oka, M.A. Jakarta: Universitas Indonesia Press. (Buku asli diterbitkan 1983).
Mahsun.(2015). Metode penelitian bahasa tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.
Maryono.(2013). Analisis pragmatik tari driasmara. Gelar Jurnal Seni Budaya ,11 (2), 180-210.
Pranowo.(2015). Unsur intralingual dan ekstralingual sebagai penanda daya bahasa dan nilai rasa bahasa dalam kesantunan berkomunikasi.Adabiyat , XVI (2), 191- 225.
Rahardi, K. (2009). Sosiopragmatik.Jakarta: Erlangga.
Rahma, A, N. (2015). Analisis tindak tutur ilokusi dalam dialog film animasi meraih mimpi. Skriptorium , 2 (2), 13-24.
Rohmadi, M. (2004).Pragmatik teori dan analisis.Jogyakarta: Lingkar Media Jogja.
Safar, M. (2016).Directive act in the transaction sale central market of Watampone. Humanus: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora,2 (15), 167- 176.
Santoso, I., Sujatna, E, T, S,S dan Mahdi, S. (2014). Speech act short stories; apragmatic study. The International Journal of Social Sciences, 19 (1), 108- 118.
Sari, K. (2014). Tindak tutur dalam kembang gean: Antologi Cerpen Remaja Sumbar. Kandai, 1 (10), 41-52.
Setiaji, Agus. Analisis tindak tutur bahasa Jawa di pasar sampang kecamatan Sampang di kabupaten Cilacap.Bahasa dan Sastra Jawa, 5 (2), 52-56.
Sudaryanto. (1993). Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sulistyo, E, T. (2012).Kajian pragmatik tindak tutur direktif dalam serat wedhatama karya KGPA Mangkunagara.Disertasi. Diigilib UNS.
Sulistyo, E, T. (2013).Pragmatik suatu kajian awal. Surakarta:UNS Press
Sulistyowati, R,I , Prayitno, H, J & Nasucha, Y. (2013). Prilaku tindak tutur ustad dalam pengajian: kajian sosiopragmatik dengan pendekatan bilingua. Humaniora, 1 (1), 25-40.
Widya, Sisca O. (2017). A pragmatic analysis of speech acts used by English lecturers in language at STKIP YDB Lubuk Alung. Arbiter, 4 (1), 10-16.
Winarti, D., Wijana I, D.P., Poedjoseoedarmo, S dan Putra, H, S,A. (2015). Variantions of directive speech act in tembang dolanan. Humaniora , 27 (3), 305- 315.
Yule, G. (2014). Pragmatik.Terj. Indah Fajar Wahyuni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan 1996).
Yulia, N. (2015). Fungsi dan peran tindak tutur imperatif tidak langsung dalam bahasa Jepang. Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa , 9 (1), 46-52.
Article Metrics
Abstract Views : 885 timesPDF Downloaded : 328 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.