The PDF file you selected should load here if your Web browser has a PDF reader plug-in installed (for example, a recent version of Adobe Acrobat Reader).

If you would like more information about how to print, save, and work with PDFs, Highwire Press provides a helpful Frequently Asked Questions about PDFs.

Alternatively, you can download the PDF file directly to your computer, from where it can be opened using a PDF reader. To download the PDF, click the Download link above.

Fullscreen Fullscreen Off

Abstract


Posisi perempuan seringkali dikaitkan dengan ranah domestik, hal ini tidak hanya mengenai citranya dalam sudut pandang kehidupan masyarakat Jawa. Batas-batas tertentu dalam hubungan maupun perilaku sosial, menunjukkan bahwa posisi yang lebih dominan diambil oleh laki-laki. Kedudukan perempuan Jawa seolah hanya berputar pada stigma 3M: Masak (memasak) , Macak (merias diri), dan Manak (memberikan keturunan). Seiring berjalannya waktu, kesempatan mengenai persamaan hak terkait posisi perempuan mulai terbuka. Perempuan mempunyai peluang untuk dapat menyuarakan ide dan menyuarakannya melalui berbagai aspek, salah satunya di bidang seni. Terbukanya kesempatan di bidang seni, turut mendorong lahirnya seniman perempuan dengan ciri khas karyanya masing-masing. Lucia Hartini merupakan perupa yang mengangkat tentang refleksi diri sebagai seorang perempuan yang berperan menjadi seniman sekaligus ibu rumah tangga. Proses pengkaryaan dilakukan dengan mengandalkan daya ingat, bahkan tidak jarang pengalaman masa kecil dijadikannya sebagai sumber dalam penciptaan karya seni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi perempuan dalam karya Lucia Hartini serta korelasinya dengan stigma 3M. Data yang disajikan menggunakan metode kualitatif berupa hasil dari studi pustaka, wawancara, dan analisis visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma 3M yang berkaitan dengan peran domestik perempuan telah tersajikan dalam karya Lucia Hartini. Lukisannya mampu menggambarkan keadaan maupun posisi perempuan yang dibatasi di ranah domestik. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa melalui media seni, siapa saja dapat menyuarakan tentang posisi ketimpangan khususnya terkait hak perempuan.