Tari Pujoretno Sebagai Simbolisme Pemujaan: Analisis Nilai Religius Dalam Tradisi Budaya Jawa

Silih Wigaringtyas(1), Wiga Nugraheni(2), Uli Rizky Nareswari(3), Ni Luh Enita Maharani(4),
(1) Universitas Negeri Yogyakarta  Indonesia
(2) Universitas Negeri Yogyakarta  Indonesia
(3) Universitas Negeri Yogyakarta  Indonesia
(4) Universitas Negeri Yogyakarta  Indonesia

Corresponding Author
Copyright (c) 2025 Silih Wigaringtyas

DOI : https://doi.org/10.24036/js.v13i4.131954

Full Text:    Language : id

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tari Pujoretno sebagai simbolisme pemujaan yang mencerminkan nilai religius dan tradisi budaya Jawa. Tari Pujoretno, sebagai salah satu tari klasik putri gaya Yogyakarta, memiliki kedalaman makna yang terkait dengan pemujaan kepada Tuhan, sebagai ungkapan rasa syukur, permohonan keselamatan, serta penghormatan kepada Tuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-interpretatif dengan analisis semiotika untuk menggali makna simbolik dalam tari dan bagaimana masyarakat Jawa menghayati serta mempraktikkannya. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan ketua Paguyuban Seni Suryo Kencono, serta kajian dokumentasi dan pustaka terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Pujoretno tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi memiliki simbolisme pemujaan yang mewakili hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dan alam, serta menyatukan elemen tradisi budaya jawa. Bentuk penyajian dalam Tari Pujoretno, yang meliputi gerak tari, iringan, riasan, busana, tema, dan properti, berperan penting dalam merepresentasikan nilai religius dan keseimbangan spiritual dalam tradisi budaya Jawa.

 

This research aims to analyze the Pujoretno Dance as a symbolism of worship that reflects religious values and Javanese cultural traditions. Pujoretno dance, as one of the woman classical Yogyakarta dances, has a deep meaning related to the worship of God, as an expression of gratitude, a request for salvation, and respect for God. This research uses a qualitative-interpretive approach with semiotic analysis to explore the symbolic meaning of dance and how Javanese people appreciate and practice it. Data was collected through observation, interview with the chairman of the Suryo Kencono Arts Association, as well as reviewing documentation and related literature. The results of the research show that the Pujoretno Dance not only functioning as entertainment, but has a cult symbolism that represents man's relationship with God, humans and nature, and unites elements of Javanese cultural tradition. The form of presentation in Pujoretno Dance, which includes dance movements, accompaniment, make-up, clothing, themes and props, plays an important role in representing religious values and spiritual balance in Javanese cultural traditions.


Keywords


Pemujaan; Nilai Religius, Budaya Jawa

References


Achmad, S. W. (2017). Filsafat Jawa : Menguak Filosofi, Laku Hidup, dan Ajaran Leluhur Jawa. Araska Publisher.

Barthes, R. (2006). Mitologi. Kreasi Wacana.

Danesi, M. (2011). Pesan, Tanda, dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Jalasutra.

Derhani, A., & Kadir, T. H. (2024). Makna tor-tor naposo nauli bulung pada pesta perkawinan di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Sendratasik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Pertunjukan, 13(3).

Ermalasari, T., & Susmiarti, S. (2023). Koreografi Tari Pasambahan Sanggar Nan Gombang di Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Sendratasik, 12(1), 76. https://doi.org/10.24036/js.v12i1.119951

Fitri, M., & Susanto, H. (2022). Nilai Sosial Religi Tradisi Manopeng pada Masyarakat Banyiur. Kalpataru: Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah, 7(2), 161–169. https://doi.org/10.31851/kalpataru.v7i2.7164

Hartono, H. (2000). Seni Tari dalam Persepsi Masyarakat Jawa. Harmonia: Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, 1(2), 48–61.

Hidajat, R. (2017). Kreativitas Koreografi. Surya Pena Gemilang.

Kasiyan. (2021). Metodologi Penelitian Seni: Dari Strukturalisme Sampai Post-Strukturalisme. UNY Press.

Nugraha, P. S. (2019). Pengetahuan Tari. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Prasasti, S. (2020). Konseling Indigenous: Menggali Nilai–nilai Kearifan Lokal Tradisi Sedekah Bumi dalam Budaya Jawa. Cendekia, 14(2), 110–124. https://doi.org/0.30957/Cendekia.v14i2.626

Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya.

Sriyadi, S. (2016). Tari Tradisi Gaya Surakarta. Greget, 12(2), 227–237. https://doi.org/10.33153/grt.v12i2.515

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sumaryono. (2014). Karawitan Tari Suatu Analisis Tata Hubungan. Cipta Media.

Sunardi. (2002). Semiotika Negativa. Kanal.

Suryobrongto, G. B. P. H. (1981). Sejarah Tari Klasik Gaya Yogyakarta. In Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Dewan Kesenian DIY.

Usman, H. (2011). Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara.

Wibisono, W. (2023). Tari Jathilan: Dari Tradisi Budaya hingga Ajang Mencari Uang di Perempatan Lampu Merah. Jurnal Riset Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 2(1), 140–152. https://doi.org/10.56444/soshumdik.v2i1.910

Wibowo, F. (2002). Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Yayasan Bentang Budaya.

Yosmadia, D., & Darmawati, D. (2023). Pelestarian Ronggiang

Pasaman Bersama Grup Ranah Sialang di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Sendratasik, 12(1), 33. https://doi.org/10.24036/js.v12i1.121391


Article Metrics

 Abstract Views : 19 times
 PDF Downloaded : 14 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 Silih Wigaringtyas

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.