Abstract
EKRANISASI, DARI TRADISI TEKSTUAL KE SINEMA: KETIDAKSETIAAN TERHADAP NILAI-NILAI-NILAI DALAM SASTRA TULIS?
Abstract
Ecranization is a wide-screening or transferring process of a novel into the movie. Ecranization can be a process of sifting or transferring or removing characteristics of a novel into a film. This study is written descriptive-qualitatively based on data collected from the results of literature studies. The data include primary and secondary data. Primary data covers the novel of Ayat-Ayat Cinta published by PT Penerbit Republika-Basmala in 2005 which is also a material object, some quotes or dialogues in Ayat-Ayat Cinta (AAC) by Habiburahman El Shirazy and the AAC film directed by Hanung Bramantyo. The study found that despite the fact both the title of the film and the names of the main characters are the same as the novel, but the rides from novel to film have separated and distinguished the distinctive features of the media itself with their respective rides, novel vehicles and movie rides. We can neither expect the loyalty of a film to the novel as the source of the story because there will certainly occur changes following the nature of the media and their respective lovers. It is important to emphasize that in distinguishing how to enjoy two different mediums it is necessary to appreciate the works of literature to avoid disappointment because of the natural differences that must exist between the film and the novel.
Keywords: Ayat-Ayat Cinta, difference, ecranization, film, novel, media
Abstrak
Ekranisasi adalah proses pemutaran film layar lebar atau transfer sebuah karya novel ke dalam bentuk film. Ekranisasi merupakan proses penyaringan atau pemindahan karakteristik novel ke dalam sebuah film. Penelitian ini ditulis secara deskriptif-kualitatif berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil studi kepustakaan. Data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup novel Ayat-Ayat Cinta yang diterbitkan oleh PT Penerbit Republika-Basmala pada tahun 2005 yang juga merupakan objek material, beberapa kutipan atau dialog dalam Ayat-Ayat Cinta (AAC) oleh Habiburahman El Shirazy dan film AAC yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Kajian ini menemukan bahwa kendati judul film dan nama-nama tokoh utama dalam film AAC sama dengan novelnya, namun wahana dari novel ke film telah memisahkan dan membedakan ciri khas media itu sendiri dengan wahana masing-masing. Terkait wahana yang harus diciptakan, kita memang tidak bisa mengharapkan kesetiaan film terhadap novel sebagai sumber ceritanya, karena pasti akan terjadi perubahan mengikuti sifat media dan pecinta karya sastra film tersebut. Penting untuk ditekankan bahwa dalam membedakan bagaimana menikmati dua media yang berbeda tersebut diperlukan apresiasi terhadap karya-karya sastra untuk menghindari kekecewaan karena perbedaan alamiah yang harus ada antara film dan novel.
Kata Kunci: Ayat-Ayat Cinta, perbedaan, ekranisasi, film, novel, media